Mengenal Disleksia pada Anak dan Cara Menghadapinya

Mengenal Disleksia pada Anak dan Cara Menghadapinya

Beberapa minggu lalu, kami di Apple Tree Pre-School BSD yang berlokasi di Gedung Educenter BSD mengalami momen yang bikin kami berpikir. Seorang anak berusia 5 tahun, sebut saja Kevin, sedang struggling dengan reading activity. Dia bilang, “Miss, the letters are dancing again!” sambil menunjuk ke buku dengan ekspresi frustrasi.

Awalnya kami pikir Kevin hanya butuh kacamata baru. Tapi setelah beberapa kali observasi, kami mulai menyadari ada pola yang berbeda dalam cara dia memproses huruf dan kata. Kevin bukan anak yang malas atau kurang pintar – dia salah satu anak paling kreatif di kelas kami. Hanya saja, otaknya bekerja dengan cara yang unik.

Kamu mungkin pernah mengalami situasi serupa dengan si kecil? Anak yang cerdas dan aktif, tapi sepertinya ada sesuatu yang “berbeda” saat mereka belajar membaca atau menulis? Nah, mungkin saatnya kita mengenal lebih dalam tentang disleksia pada anak dan bagaimana cara terbaik menghadapinya dengan penuh kasih sayang.

Apa Itu Disleksia pada Anak?

Disleksia bukan penyakit yang perlu “disembuhkan”, tapi kondisi neurologis yang membuat cara otak memproses bahasa menjadi berbeda. Bayangkan otak seperti komputer dengan sistem operasi yang unik – tetap canggih dan powerful, cuma cara kerjanya beda dari yang umum.

Di Apple Tree Pre-School BSD, kami sering menjelaskan kepada para orangtua bahwa disleksia anak tidak ada hubungannya dengan tingkat kecerdasan. Malah, banyak anak dengan disleksia yang memiliki kreativitas dan kemampuan problem-solving yang luar biasa.

Tanda-Tanda Disleksia pada Anak

Mengenali tanda-tanda disleksia anak sejak dini sangat penting untuk memberikan dukungan yang tepat. Kami di Gedung Educenter BSD sering mengamati beberapa pola ini:

Kesulitan mengenali huruf atau angka, terutama yang bentuknya mirip seperti ‘b’ dan ‘d’. Kevin sering bilang, “Why do they look the same but sound different?” saat melihat huruf-huruf tersebut.

Lambat dalam belajar menghafal nama huruf, suara huruf, atau phonics. Padahal untuk aktivitas lain seperti building blocks atau art projects, mereka sangat cepat menangkapnya.

Kesulitan mengingat urutan, seperti hari dalam seminggu atau alfabet. Tapi anehnya, mereka bisa mengingat detail cerita atau lagu dengan sempurna.

Dampak Emosional Disleksia Anak

Yang sering terlupakan adalah dampak emosional dari disleksia anak. Mereka mungkin mulai merasa “berbeda” atau “kurang pintar” dibanding teman-temannya. Di kelas, kami sering lihat anak seperti Kevin yang awalnya excited dengan learning activities, tapi lama-kelamaan jadi reluctant karena merasa gagal terus.

“I’m not good at reading like Emma,” pernah Kevin bilang sambil menunduk. Momen itu yang bikin kami sadar betapa pentingnya approach yang tepat untuk anak dengan disleksia.

Gambar apa itu disleksia

Sumber Gambar: Canva

Cara Menghadapi Disleksia Anak dengan Tepat

Berdasarkan pengalaman kami mengajar di Apple Tree Pre-School BSD, ada beberapa strategi efektif yang bisa kamu terapkan untuk mendukung anak dengan disleksia.

1. Ciptakan Lingkungan Belajar yang Mendukung

Hal pertama yang kami lakukan adalah menciptakan safe space di mana anak merasa nyaman untuk belajar tanpa takut judgment. Lingkungan yang positif dan encouraging sangat crucial untuk anak dengan disleksia.

Kami selalu mengingatkan para orangtua: “Your child needs to know that their worth isn’t measured by how fast they can read.” Ketika anak merasa diterima apa adanya, mereka akan lebih terbuka untuk belajar.

Gunakan multi-sensory approach dalam pembelajaran. Alih-alih hanya mengandalkan visual, libatkan touch, sound, dan movement. Misalnya, saat belajar huruf ‘A’, anak bisa mentracing huruf tersebut di sand tray sambil menyanyikan lagu tentang huruf A.

2. Patience adalah Kunci Utama

Belajar dengan disleksia membutuhkan waktu yang lebih lama dan repetisi yang lebih sering. Di kelas, kami tidak pernah terburu-buru atau memaksa anak untuk “catch up” dengan timeline normal.

“Take your time, Kevin. There’s no rush,” kami sering bilang begitu. Dan hasilnya? Kevin jadi lebih rileks dan actually absorb informasi dengan lebih baik.

Rayakan setiap small victory. Ketika Kevin berhasil membaca satu kata dengan benar, kami celebrate seperti dia baru saja memenangkan olimpiade. “You did it! I’m so proud of your hard work!”

3. Gunakan Teknologi sebagai Alat Bantu

Teknologi bisa jadi sahabat terbesar untuk anak dengan disleksia. Audio books, reading apps dengan highlighting features, atau speech-to-text tools bisa sangat membantu.

Tapi ingat, teknologi hanya alat bantu, bukan pengganti interaksi human. Kami tetap encourage parents untuk reading together dan having conversations tentang stories yang mereka dengar.

Disleksia Anak: Mitos vs Fakta

Ada banyak misconception tentang disleksia anak yang beredar di masyarakat. Mari kita luruskan beberapa mitos yang sering kami dengar di Gedung Educenter BSD.

Mitos: Disleksia Anak akan Hilang Seiring Waktu

Faktanya, disleksia adalah kondisi seumur hidup. Tapi dengan dukungan dan strategi yang tepat, anak dengan disleksia bisa belajar mengelola kondisinya dengan sangat baik. Bahkan banyak yang kemudian berprestasi luar biasa di bidangnya.

Kami punya alumni yang dulu struggling dengan reading, tapi sekarang jadi animator handal karena visual-spatial skills-nya yang exceptional.

Mitos: Anak dengan Disleksia Kurang Cerdas

Ini absolutely wrong! Disleksia tidak ada hubungannya dengan tingkat intelligence. Malah, many successful people like Richard Branson, Steven Spielberg, dan Whoopi Goldberg memiliki disleksia.

Yang berbeda hanya cara otak mereka process information, especially language-related information. Di area lain, mereka often excel beyond their peers.

Mitos: Disleksia Hanya Mempengaruhi Reading

Disleksia memang paling obvious terlihat saat reading activities, tapi actually bisa mempengaruhi writing, spelling, bahkan math dalam beberapa kasus. Makanya penting untuk holistic approach dalam mendukung anak dengan disleksia.

Anak minta tolong/ kids need help

Sumber Gambar: Canva

Peran Orangtua dalam Mendukung Anak Disleksia

Sebagai orangtua, kamu punya peran yang sangat vital dalam journey anak dengan disleksia. Support system yang kuat dari keluarga often makes all the difference.

Komunikasi Terbuka dan Jujur

Explain kepada anak tentang kondisinya dengan cara yang age-appropriate dan positive. “Your brain works in a special way that makes you really good at some things, and we’re going to help you with the reading part.”

Jangan hide atau stigmatize kondisi ini. Semakin terbuka komunikasinya, semakin mudah untuk find solutions yang tepat.

Advocacy untuk Anak

Sometimes, kamu perlu jadi advocate untuk anak di sekolah atau lingkungan sosial. Ensure bahwa teachers dan caregivers understand kondisi anak dan provide appropriate accommodations.

Di Apple Tree Pre-School BSD, kami always work closely dengan parents untuk create individualized learning plans yang suit each child’s unique needs.

Menghadapi disleksia anak memang challenging, tapi ingat bahwa ini bukan akhir dunia. Dengan understanding, patience, dan right support system, anak dengan disleksia bisa thrive dan reach their full potential.

Yang terpenting, jangan pernah biarkan disleksia define limitations untuk anak kamu. Instead, lihat ini sebagai kesempatan untuk discover their unique strengths dan help them shine in their own special way.

Kami selalu mengingatkan para orangtua: “Every child is gifted in their own way. Some unwrap their gifts earlier, some take a little more time. But every gift is precious dan worth waiting for.”

Kalau kamu butuh support dan guidance dalam mendampingi si kecil yang mungkin mengalami disleksia, kami di Apple Tree Pre-School BSD yang berlokasi di Gedung Educenter BSD siap membantu! Tim pendidik kami trained untuk recognize dan support children with different learning styles, termasuk disleksia.

Ayo bersama-sama ciptakan lingkungan belajar yang inclusive dan supportive untuk semua anak! Hubungi kami sekarang di WhatsApp atau telepon langsung ke +62 888-1800-900.

Mari wujudkan masa depan cerah untuk setiap anak, regardless of how their beautiful brain works!