Hati-Hati, Pola Asuh yang Terlalu Ketat Bisa Picu Efek Negatif Ini

Seperti disampaikan Laurence Steinberg, PhD, dalam bukunya The Ten Basic Principles of Good Parenting, pola asuh yang baik dapat menumbuhkan rasa empati, kejujuran, kemandirian, dan kebahagiaan pada anak. Namun, apa jadinya kalau pola asuh yang diterapkan orang tua justru membuat anak merasa terkekang? Nah, berikut adalah lima efek negatif dari pola asuh yang terlalu ketat.

1. Tumbuh menjadi pribadi yang tidak sopan dan nakal

Pola Asuh yang Terlalu Ketat

pixabay.com

Kebanyakan orang tua berpikir bahwa mendisiplinkan anak dengan keras dapat membuat mereka tetap berada di jalur yang lurus. Namun, studi terbaru justru menunjukkan hasil yang berbeda.

Temuan yang diterbitkan dalam Journal of Adolescence tersebut mengungkapkan bahwa pola asuh yang terlalu ketat cenderung membuat anak tumbuh jadi pribadi yang tidak sopan. Mereka juga lebih mudah terlibat dalam perilaku nakal seperti menyakiti orang lain, mencuri, atau bahkan penyalahgunaan zat terlarang.

Studi ini dipimpin oleh Rick Trinkner, seorang kandidat doktor di University of New Hampshire, Durham, Inggris. Dalam mengumpulkan data, Trinkner dan rekannya melakukan survei selama 18 bulan.

2. Kerusakan psikologis yang berdampak seumur hidup

pixabay.com

Seperti dikutip dari The Independent, peneliti menemukan bahwa pola asuh yang terlalu ketat dapat memicu kerusakan psikologis seumur hidup. Hasil temuan ini diungkap oleh para peneliti dari University College London (UCL).

Sebaliknya, penelitian menunjukkan bahwa anak yang memiliki orang tua yang luwes dan responsif terhadap kebutuhan mereka, tumbuh menjadi pribadi yang lebih bahagia ketika dewasa.

Hasil dari temuan ini, menurut para peneliti, adalah penguatan dari penelitian sebelumnya. Penelitian yang pertama menemukan bahwa pola asuh yang baik akan membuat anak dan orang tua memiliki ikatan emosional yang baik sampai saat mereka tumbuh dewasa.

3. Menurunkan harga diri anak

pixabay.com

Para peneliti dari University of California, Riverside, mengemukakan bahwa pola asuh yang terlalu ketat bisa menurunkan harga diri (self-esteem) anak. Akibatnya, anak akan kesulitan untuk menyesuaikan diri di sekolah dan lebih rentan terhadap depresi.

Menurut Cixin Wang, salah satu peneliti utama dari studi ini, yang juga merupakan asisten profesor di UC Riverside’s Graduate School of Education, orang tua perlu memahami pentingnya ekspresi cinta, pujian, dan dukungan saat mendidik anak. Pola asuh tersebut diyakini dapat membuat anak lebih mudah untuk mengembangkan diri dan berani mengambil risiko.

4. Tidak berani mengambil tanggung jawab

pixabay.com

Karena anak yang dibesarkan orang tua otoriter terbiasa diatur, mereka menjadi tidak percaya pada kemampuan diri sendiri. Hal tersebut khususnya terjadi saat mereka harus mengambil keputusan penting.

Efek ini timbul karena pola asuh yang terlalu ketat membuat anak gagal untuk mengenali keinginan dan naluri diri. Kondisi tersebut juga tercipta karena anak selalu dipaksa untuk mematuhi norma-norma atau standar tertentu yang diterapkan oleh orang tua.

5. Perilaku submisif yang berlebihan

pixabay.com

Salah satu kelemahan dari pola asuh yang terlalu ketat adalah berkembangnya sikap submisif yang berlebihan pada anak. Orang tua yang otoriter cenderung membatasi kemampuan anak untuk berekspresi. Akibatnya, anak selalu berusaha untuk mengikuti apa pun yang dikatakan orang tua.

Kondisi tersebut juga membuat naluri anak untuk bereksperimen pada situasi tertentu menjadi lemah. Pada akhirnya, anak pun menjadi tidak mampu untuk menghadapi situasi yang penuh tekanan.

Demikian lima efek negatif dari pola asuh yang terlalu ketat pada anak. Dari ulasan di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa menjadi orang tua yang otoriter bukan solusi tepat untuk membuat anak tumbuh jadi pribadi yang bersinar saat dewasa. Dukungan dan cinta justru lebih efektif dalam membentuk karakter anak yang lebih baik untuk masa depannya.

Exit mobile version