Toxic Word, Hal Penting yang Harus Dihindari Orangtua dalam Mendidik Anak

27 August 2018

 Usia 0-12 tahun merupakan masa-masa penting seorang anak dalam mengembangkan diri. Oleh karena itu, pola didik orangtua harus diperhatikan dengan benar. Selain menerapkan strategi atau cara tertentu, adapun hal-hal yang harus dihindari agar si kecil tidak mengalami masalah di kemudian hari, salah satunya toxic word.

Pengertian Toxic Word

Toxic Word

sumber : Bangka Pos – Tribunnews.com

Kata beracun di sini bermakna reaksi negatif yang diucapkan oleh orangtua ketika anak berbuat kesalahan atau tidak sesuai dengan harapan mereka. Meski terlihat sepele, dirasa sebagai pelampiasan emosi, tapi hal ini akan sangat berpengaruh terhadap mental si kecil.

Orangtua memang boleh lupa atas apa yang sudah diucapkan. Namun, anak acap kali terus teringat, lalu menjadikannya sebagai cap bahwa dirinya memang seperti itu dan keinginan untuk berubah berkurang.

Contoh Toxic Word

Toxic Word

sumber : Tutur Mama

Ada banyak sekali contoh toxic word lantaran orangtua merasa dikecewakan dalam berbagai hal. Namun, adapun yang paling membekas di pikiran anak seperti dikatai durhaka, tidak berguna, bodoh, malas, sampai disuruh keluar dari rumah.

Sementara itu, agar anak tidak melakukan suatu hal yang tidak tepat, katakan saja akibat perbuatannya. Jangan menakut-nakutinya seperti membicarakan tentang hantu. Pun ketika membujuk minum obat, misalnya. Jelaskan jika mereka tidak mau, maka akan begini-begitu. Sebisa mungkin, hindari berbohong dengan mensugesti bahwa rasanya manis.

Contoh paling sederhana dari toxic word adalah berkata ‘tidak’ dan ‘jangan’ untuk melarang anak. Meski tidak berdampak langsung, menyerang mental, tapi akan memengaruhi sikapnya di kemudian hari.

 

Pengaruh Toxic Word pada Anak

Toxic Word

sumber : Plukme!

Pengaruh kata beracun pada anak bermacam-macam, sesuai reaksi yang diberikan oleh orangtua. Mulai membuatnya merasa tidak diinginkan, sehingga membentuk pribadi pendiam dan kurang percaya diri, sampai kurang mampu membedakan perkara salah atau benar.

Misalkan, ketika orangtua melarang anak dengan kata ‘tidak’ atau ‘jangan,’ maka anak akan cenderung melanggar. Hal ini dikarenakan permintaan tersebut terkesan negatif, sehingga tidak mampu merebut hatinya.

Larangan tersebut pun tidak menjelaskan akibat dari suatu tindakan, sehingga anak cenderung ingin mencoba-coba. Mereka ingin membuktikan bahwa perkataan orangtua tersebut salah dengan menunjukkan bahwa diri mereka baik-baik saja.

Cara Menghindari Penggunaan Toxic Word

Toxic Word

sumber : Erabaru

Secara umum, cara mengindari penggunaan kata beracun ini adalah mampu memilah-milah diksi yang baik dan mudah dipahami oleh anak. Hal ini pun memang harus dibarengi dengan pengendalian emosi orangtua, sehingga tidak menghasilkan umpatan semata.

Ketika mengatakan, “Jangan lakukan itu!” atau “Tidak boleh ke sana,” maka ubahlah dengan kalimat positif dengan menambahkan ‘Hati-hati’ disertai dengan akibat. Hal ini akan memberikan gambaran bahwa hal yang akan mereka lakukan salah. Selain itu, mereka dihinggapi rasa takut tentang akibat tersebut.

Menjelaskan sebab-akibat suatu hal pada anak pun memberikan manfaat tersendiri bagi mereka. Informasi tersebut akan tersimpan dalam bagian kognitif otak, sehingga membuat mereka mampu berpikir kreatif untuk mencari cara lain agar tidak menanggung akibat tersebut.

Cara lain untuk menghindari kata beracun ini adalah menanamkan simpati pada diri anak. Misalkan, ketika mereka memukul-mukul barang, katakan bahwa barang tersebut nanti akan menangis.

Alih-alih memarahi anak untuk menghentikan tindakan keliru mereka, orangtua pun bisa memberikan pilihan ke mereka. Contohnya, saat anak bermain bola di dalam rumah, katakan kalau di dalam rumah bolanya hanya boleh digelindingkan, tapi kalau di luar bisa leluasa. Pilih mana, hayo?

Selain memilih diksi, orangtua harus menjadi panutan si kecil dalam berbicara, karena mereka sedang mengalami masa imitasi dan identifikasi. Tanamkan juga pada diri sendiri bahwa kegagalan anak bukan akhir segalanya dan justru lebih menyemangati, bukan memarahi.

Sementara itu, kata beracun juga digunakan orangtua agar anak disiplin. Namun, sebenarnya ada cara tepat agar anak disiplin tanpa harus disertai emosi.

Meski sepele, toxic word harus dihindari orangtua dalam mendidik buah hati. Jangan sampai karena emosi semata, mental anak menjadi korban. Ubahlah kata beracun itu dengan reaksi positif dengan menjelaskan sebab-akibat, menanamkan simpati, dan memberi pilihan.

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a reply
Inilah Cara Ampuh Memberikan Suntikan Semangat pada Anak Sebelum Masuk PAUDPentingnya Mengenali Potensi Anak Sejak Dini

Leave Your Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Free Call

We are pleased to answer all your questions
+62 888 1 800 900
Live Chat via Whatsapp!