Mengatasi Anak Suka Teriak saat Bermain Game di Rumah

Mengatasi Anak Suka Teriak saat Bermain Game di Rumah

“NOOOO! I ALMOST WON! THIS IS SO UNFAIR!” teriakan memekakkan telinga ini bergema dari kamar si kecil sampai ke dapur, bikin mama yang sedang masak hampir tumpah kuahnya. Belum selesai satu putaran, terdengar lagi, “YES! TAKE THAT, NOOB!” dengan volume yang kayaknya bisa didengar tetangga sebelah.

Kemarin ada mama yang datang ke Apple Tree Pre-School BSD yang berlokasi di Gedung Educenter BSD sambil pijit-pijit pelipis. “I can’t take it anymore! My son screams like he’s being attacked every time he plays games. Tetangga udah komplain, adiknya jadi ikutan teriak-teriak juga. I don’t know what to do!” ceritanya dengan wajah lelah.

Sebagai pendidik yang sudah bertahun-tahun mengamati perilaku anak di era digital, kami paham banget betapa frustrasinya menghadapi anak teriak teriak main game di rumah. Bermain game memang bisa jadi hiburan yang asyik, tapi kalau sampai bikin rumah jadi kayak arena perang setiap hari, pasti ada yang salah, kan?

Yang bikin tambah pusing adalah anak-anak seringkali nggak sadar kalau teriakan mereka itu ganggu banget. Buat mereka, ini cuma reaksi alami saat excited atau frustrated. Tapi buat kita sebagai orangtua? Rasanya kayak diteror setiap hari! Jadi, gimana sih cara mengatasi anak teriak teriak main game tanpa harus menyita semua gadgetnya?

Mengapa Anak Teriak Teriak Main Game Terjadi?

Sebelum kita cari solusinya, penting banget untuk memahami kenapa anak teriak teriak main game ini bisa terjadi. Ini bukan cuma soal anak yang “nakal” atau “nggak bisa kontrol diri.” Ada alasan psikologis yang lebih dalam yang perlu kita pahami.

Intensitas Emosional dalam Gaming

Permainan modern dirancang untuk menciptakan perasaan naik turun yang sangat intens. Satu detik anak bisa merasa triumphant karena menang, detik berikutnya bisa hancur karena kalah di detik terakhir.

“I WAS SO CLOSE!” adalah teriakan frustrasi yang paling sering kami dengar. Anak benar-benar merasa investasi emosi yang besar dalam game, dan ketika harapan mereka hancur, reaksi emosionalnya bisa meledak.

Yang membuat anak teriak teriak main game makin intens adalah sistem hadiah dan hukuman dalam game yang tak terduga. Seperti judi, mereka nggak pernah tahu kapan akan menang atau kalah, yang bikin respons emosi mereka jadi meningkat.

Kurangnya Regulasi Emosi

Anak-anak, terutama yang masih di bawah 10 tahun, belum sepenuhnya mengembangkan kemampuan pengaturan emosi mereka. Saat mereka merasa frustrated, excited, atau disappointed, dorongan pertama adalah mengekspresikannya dengan keras.

Di program kelas kami, kami sering mengajarkan teknik menenangkan diri dan kesadaran emosi. Tapi di rumah, saat anak sendirian dengan pengalaman bermain game yang intens, kemampuan ini sering terlupakan.

Perkembangan otak juga berperan. Korteks prefrontal yang bertanggung jawab untuk kontrol impuls dan regulasi emosi belum matang sampai awal usia dua puluhan. Jadi wajar kalau anak masih kesulitan mengelola emosi yang intens.

Pengaruh Lingkungan Gaming

Lingkungan permainan, terutama online multiplayer, sering menormalkan perilaku keras dan agresif. Anak melihat pemain lain berteriak, marah-marah, atau merayakan dengan volume tinggi, dan mereka pikir itu perilaku gaming normal.

Budaya streaming juga berkontribusi. Banyak gaming streamers yang sengaja dramatis dan keras untuk nilai hiburan. Anak yang menonton streaming ini akan meniru perilaku tersebut.

“Look at PewDiePie, he screams all the time too!” adalah pembenaran yang sering kami dengar dari anak-anak. Mereka melihat idola gaming mereka berperilaku seperti itu dan menganggap itu bisa diterima.

anak teriak teriak saat main game

Sumber Gambar: pinterest

Dampak Anak Teriak Teriak Main Game pada Keluarga

Fenomena anak teriak teriak main game nggak cuma mempengaruhi si anak aja, tapi juga punya efek berantai ke seluruh keluarga. Dampaknya bisa lebih serius dari yang awalnya orangtua sadari.

Gangguan pada Anggota Keluarga Lain

Teriakan terus-menerus bisa sangat mengganggu aktivitas keluarga. Adik yang sedang belajar jadi nggak bisa fokus, papa yang kerja dari rumah jadi terganggu, dan mama yang coba istirahat jadi stres. “I can’t even have a phone call in peace because my son is always screaming at his games,” keluhan yang sangat familiar.

Polusi suara dalam rumah ini masalah nyata yang mempengaruhi kualitas hidup semua orang. Saudara kandung juga sering mengembangkan perasaan dendam karena mereka merasa nggak adil kalau kakak atau adik boleh teriak-teriak tapi mereka ditegur kalau berisik.

Gangguan tidur juga umum terjadi, terutama kalau sesi bermain berlanjut sampai malam. Teriakan bisa membangunkan seluruh rumah tangga dan mengganggu siklus tidur yang sehat.

Stres pada Orangtua

Teriakan konstan bisa memicu stres orangtua yang signifikan. Orangtua jadi selalu was-was, bertanya-tanya kapan ledakan berikutnya akan terjadi. “I dread weekends because I know he’ll be gaming and screaming all day,” pengakuan dari seorang mama yang menunjukkan seberapa besar perilaku ini mempengaruhi kesehatan mental orangtua.

Situasi ini juga bisa menciptakan feelings of helplessness dan frustasi. Orangtua merasa sudah mencoba berbagai cara tapi nggak ada yang berhasil. Hal ini bisa berdampak pada kesehatan mental dan well-being keluarga secara keseluruhan.

Konflik Rumah Tangga

Anak teriak teriak main game sering menjadi sumber ketegangan perkawinan. Satu orangtua mungkin lebih toleran sementara yang lain ingin batasan ketat, menciptakan ketidaksepakatan tentang cara menangani masalah ini.

Pertengkaran tentang konsekuensi yang tepat, batas waktu layar, atau aturan gaming bisa merenggangkan hubungan antara orangtua. Pertemuan keluarga besar juga jadi canggung kalau anak tiba-tiba meledak dalam kemarahan gaming di depan saudara.

anak teriak teriak main game

Sumber Gambar: Freepik

Cara Mengatasi Anak Teriak Teriak Main Game

Kabar baiknya adalah perilaku ini benar-benar bisa dikelola dengan strategi yang tepat dan penerapan yang konsisten. Kuncinya adalah kesabaran, batasan yang jelas, dan mekanisme penanggulangan alternatif.

Menetapkan Aturan Gaming yang Jelas

Buat aturan gaming keluarga yang mencakup batas volume dan konsekuensi yang jelas. Aturan yang konkret dan mudah dipahami akan lebih mudah diterapkan:

Aturan Dasar Gaming di Rumah:

  1. “Inside voice only” – Tidak ada teriakan bahkan saat excited atau frustrated
  2. “Three strikes rule” – Peringatan pertama, reminder kedua, gaming stops di strike ketiga
  3. “Gaming break setiap jam” – 5 menit istirahat untuk minum dan stretching
  4. “No gaming after 8 PM” – Hindari overstimulasi menjelang tidur
  5. “Headphones mandatory” – Kurangi noise untuk keluarga dan tingkatkan focus
  6. “Ask permission before online play” – Kontrol interaksi dengan pemain lain

Tetapkan konsekuensi untuk teriakan berlebihan. Ini bukan hukuman yang keras, tapi konsekuensi alami seperti istirahat gaming atau pengurangan waktu bermain. Consistency adalah kunci – jangan ignore inappropriate behavior hoping it akan hilang dengan sendirinya.

Siapkan area gaming khusus yang idealnya kedap suara atau jauh dari area umum keluarga. Sudut gaming di ruang bawah tanah atau ruang cadangan bisa meminimalkan gangguan untuk anggota keluarga lain.

Mengajarkan Teknik Regulasi Emosi

Anak perlu dibekali dengan strategi konkret untuk mengelola emosi saat bermain. Teknik pernapasan sederhana seperti “tarik napas dalam tiga kali sebelum bereaksi” bisa sangat efektif untuk meredakan emotional outbursts.

Ajari anak untuk menghentikan game saat emosi memuncak. “Boleh beristirahat saat kamu merasa kesal” harus dinormalisasi sebagai response yang sehat, bukan tanda kekalahan. Banyak anak merasa ashamed untuk pause game, padahal ini salah satu coping mechanism terbaik.

Modelkan respons emosi yang tepat selama momen frustrasi kamu sendiri. “Saya merasa stres soal pekerjaan, jadi saya akan jalan-jalan untuk menenangkan diri” menunjukkan cara mengatasi yang sehat. Anak belajar lebih banyak dari what they see daripada what they hear.

Menciptakan Lingkungan Gaming yang Tenang

Lingkungan fisik yang tepat bisa significantly mengurangi kecenderungan anak untuk berteriak. Investasi dalam headphones berkualitas bukan cuma mengurangi noise untuk keluarga, tapi juga membantu anak merasa lebih immersed dan cenderung tidak berteriak.

Setup ruang gaming yang nyaman dengan pencahayaan yang tepat dan tempat duduk ergonomis. Ketidaknyamanan fisik sering berkontribusi pada mudah tersinggung dan ledakan emosi. Ruangan yang pengap atau terlalu panas juga bisa bikin anak jadi lebih mudah frustrated.

Sediakan snack sehat dan minum yang mudah dijangkau. Hunger dan dehydration often trigger mood swings yang bisa memperparah emotional volatility saat gaming. Simple preparation seperti ini bisa make a big difference dalam managing behavior.

Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional

Dalam beberapa kasus, anak teriak teriak main game mungkin menunjukkan masalah yang mendasari yang memerlukan perhatian profesional. Kalau teriakan disertai dengan agresi fisik seperti memukul layar atau controller, atau bahkan menyakiti diri sendiri, saatnya untuk berkonsultasi dengan psikolog anak.

Perhatikan juga kalau perilaku ini secara signifikan mempengaruhi prestasi sekolah, hubungan sosial, atau fungsi keluarga. Anak yang mulai menolak aktivitas non-gaming atau withdrawal dari interaksi keluarga mungkin mengalami gaming addiction yang memerlukan intervensi profesional.

Gangguan tidur, perubahan nafsu makan, atau extreme emotional distress yang berlanjut bahkan setelah gaming berakhir juga red flags yang perlu serious attention. Ingat bahwa meminta bantuan adalah tanda parenting yang baik, bukan kegagalan.

Mengatasi anak teriak teriak main game memang menantang, tapi pasti bisa dikelola dengan pendekatan yang tepat dan konsistensi. Yang penting adalah memahami bahwa ini tantangan perkembangan normal di era digital dan dengan batasan yang tepat serta dukungan emosi, anak bisa belajar kebiasaan gaming yang sehat.

Consistency dalam penegakan aturan, patience dalam mengajarkan regulasi emosi, dan understanding penyebab yang mendasari adalah kunci keberhasilan dalam mengatasi masalah ini.

Kalau kamu merasa perlu dukungan dalam mengatasi tantangan perilaku atau ingin anak mengalami lingkungan yang mendukung perkembangan emosi dan kemampuan pengaturan diri, kami di Apple Tree Pre-School BSD siap membantu! Dengan fokus pada kecerdasan emosi dan manajemen perilaku positif, kami berkomitmen untuk membantu anak mengembangkan strategi mengatasi masalah yang sehat.

Yuk, berikan anak fondasi yang kuat untuk regulasi emosi dan kebiasaan digital yang sehat sejak dini! Hubungi kami sekarang di WhatsApp atau telepon langsung ke +62 888-1800-900.

Ayo bersama-sama membantu si kecil tumbuh menjadi individu yang cerdas secara emosi dan bisa menikmati teknologi dengan cara yang sehat! 🎮🌟