Cara Memutus Siklus Toxic Parenting di Keluarga Indonesia

Cara Memutus Siklus Toxic Parenting di Keluarga Indonesia

Kemarin sore, saat kami sedang mengadakan pertemuan orangtua-guru di Apple Tree Pre-School BSD yang berlokasi di Gedung Educenter BSD, ada seorang ibu yang tiba-tiba menangis. Dia bilang, “I think I’m becoming like my mother. I don’t want to hurt my child the way she hurt me.”

Momen itu bikin kami semua terdiam. Sebagai pendidik yang sudah bertahun-tahun bekerja dengan keluarga Indonesia, kami sering menyaksikan bagaimana pola asuh yang nggak sehat bisa turun-temurun tanpa disadari. Yang bikin sedih, banyak orangtua yang sebenarnya penuh cinta tapi terjebak dalam pola toxic parenting karena “warisan” dari generasi sebelumnya.

Nah, sebelum kamu merasa bersalah atau defensif, mari kita bahas topik ini dengan hati yang terbuka. Soalnya mengenali toxic parenting bukan untuk menyalahkan, tapi untuk memutus siklus dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat untuk si kecil.

Apa Itu Toxic Parenting dan Mengapa Sering Terjadi di Indonesia?

Toxic parenting adalah cara mendidik anak yang secara konsisten merusak perkembangan emosional, mental, atau fisik anak. Ini bukan tentang sesekali kehilangan kesabaran atau membuat kesalahan – semua orangtua pasti pernah. Toxic parenting adalah pola perilaku yang merugikan dan berulang.

Di Indonesia, beberapa faktor budaya sering jadi pemicu toxic parenting tanpa disadari. Ada stigma “anak harus nurut sama orangtua” yang kadang ekstrem, ekspektasi akademis yang berlebihan, dan konsep “disiplin” yang sering disalahartikan jadi kekerasan emosional.

Yang lebih kompleks lagi, banyak orangtua Indonesia yang mengalami trauma generasi. Mereka dibesarkan dengan cara tertentu dan secara tidak sadar mengulangi pola yang sama, meski dalam hati mereka tahu itu nggak sehat.

Dampak Jangka Panjang Toxic Parenting

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan toxic parenting berisiko mengalami kecemasan, depresi, harga diri rendah, dan kesulitan dalam hubungan di masa dewasa. Mereka juga cenderung mengulangi pola yang sama ke anak mereka nanti.

Miss Linda, salah satu guru senior kami, sering bilang ke para orangtua, “Cara kita memperlakukan anak hari ini akan menjadi suara hati mereka selamanya.” Cukup berat untuk dipikirkan, ya?

Mengatasi  Toxic Parenting

Sumber Gambar: Canva

Tanda-Tanda Toxic Parenting yang Perlu Kamu Waspadai

Mengenali tanda-tanda toxic parenting itu rumit karena sering kali tersamar sebagai “disiplin” atau “kasih sayang.” Berdasarkan pengamatan kami di kelas dan konsultasi dengan para orangtua, ini beberapa tanda bahaya yang perlu diwaspadai.

1. Kontrol yang Berlebihan

Mengontrol setiap aspek kehidupan anak, dari pilihan baju sampai teman yang boleh diajak main. Anak jadi nggak punya kebebasan atau kemampuan untuk membuat keputusan sendiri, bahkan yang kecil-kecil.

Contohnya, orangtua yang marah-marah saat anak bilang “I want to wear the red shirt” padahal udah disiapin yang biru. Atau yang nggak kasih anak kesempatan untuk bilang “I’ll try it myself” karena takut berantakan.

2. Kritik yang Merusak Harga Diri

Berbeda dengan kritik yang membangun, kritik toxic menyerang kepribadian anak, bukan perilakunya. Kalimat seperti “You’re so stupid” atau “Kamu memang anak yang susah” itu sangat merusak.

3. Perbandingan yang Menyakitkan

“Why can’t you be more like your sister?” atau “Look at Tommy, he’s so much better at math!” Perbandingan terus-menerus bikin anak merasa nggak pernah cukup baik dan merusak hubungan dengan saudara.

4. Manipulasi Emosional

Menggunakan rasa bersalah, malu, atau takut untuk mengontrol anak. Kalimat seperti “Mama akan sedih kalau kamu nggak nurut” atau “If you don’t study hard, you’ll end up like that beggar” itu bentuk manipulasi emosional.

5. Mengabaikan Kebutuhan Emosional

Mengabaikan anak saat mereka mengekspresikan perasaan dengan bilang “Don’t be a crybaby” atau “Boys don’t show feelings.” Anak jadi belajar bahwa emosi mereka nggak penting.

Apa itu Toxic Parenting

Sumber Gambar: Canva

Faktor Penyebab Toxic Parenting di Lingkungan Indonesia

Memahami mengapa toxic parenting terjadi bisa membantu kita lebih berbelas kasih terhadap diri sendiri dan memutus siklus dengan lebih efektif. Berikut faktor-faktor utama yang sering jadi penyebab:

  • Tekanan Sosial dan Ekspektasi Masyarakat – Di Indonesia, ada tekanan yang luar biasa untuk punya “anak sukses.” Prestasi akademis sering dianggap sebagai satu-satunya ukuran kesuksesan, yang bikin orangtua jadi terlalu menuntut dan mengabaikan kesejahteraan anak.
  • Trauma Generasi – Banyak orangtua yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan otoriter atau bahkan mengalami kekerasan. Tanpa penyembuhan dan kesadaran yang tepat, mereka secara tidak sadar mengulangi pola yang sama.
  • Kurangnya Edukasi Pengasuhan – Sistem pendidikan kita nggak ngajarin cara jadi orangtua. Kebanyakan orang belajar dengan cara coba-coba, atau mengulangi apa yang mereka alami waktu kecil.
  • Stres dan Tekanan Ekonomi – Tekanan keuangan, stres kerja, dan tuntutan hidup modern bisa bikin orangtua jadi kurang sabar dan lebih reaktif dalam mengasuh anak.
  • Budaya “Anak Harus Patuh” – Konsep tradisional yang mengharuskan anak selalu menurut tanpa pertanyaan, tanpa memberi ruang untuk dialog atau pengembangan kemampuan berpikir kritis.
  • Standar Kesempurnaan yang Tidak Realistis – Media sosial dan lingkungan sosial yang sering menampilkan “keluarga sempurna” membuat orangtua merasa harus memaksakan standar yang nggak masuk akal pada anak-anak mereka.

Cara Mengatasi dan Memutus Siklus Toxic Parenting

Kabar baiknya, toxic parenting bisa diubah! Butuh kesadaran, komitmen, dan kadang bantuan profesional, tapi pasti bisa.

1. Refleksi Diri dan Kesadaran

Mulai dengan jujur menilai gaya pengasuhan kamu. Tanya diri sendiri pertanyaan seperti “How do I react when my child makes mistakes?” atau “Do I often compare my child with others?”

Menulis jurnal bisa sangat membantu untuk melacak pola dan pemicu kamu.

2. Menyembuhkan Luka Masa Kecil Sendiri

Kalau kamu punya masalah yang belum terselesaikan dari masa kecil, pertimbangkan terapi atau konseling. Kamu nggak bisa memberi apa yang nggak kamu miliki – untuk bisa mengasuh dengan baik, kamu perlu menyembuhkan inner child kamu dulu.

3. Pelajari Teknik Pengasuhan Positif

Ada banyak sumber tentang pengasuhan positif yang bisa kamu pelajari. Fokus pada kemampuan komunikasi, regulasi emosi, dan menetapkan batasan yang sehat.

4. Praktikkan Pengasuhan Sadar

Sebelum bereaksi, tarik napas dalam dan tanya diri sendiri “Is my response helping my child learn and grow, or is it just about my own frustration?”

5. Cari Dukungan

Bergabung dengan kelompok parenting, konsultasi dengan psikolog anak, atau ikut workshop pengasuhan. Punya sistem dukungan itu penting banget dalam perjalanan parenting.

Peran Lingkungan Sekolah dalam Mendukung Pengasuhan Sehat

Di Apple Tree Pre-School BSD, kami percaya bahwa kolaborasi antara sekolah dan orangtua itu penting untuk perkembangan anak yang sehat. Kami nggak cuma fokus pada prestasi akademis, tapi juga kesejahteraan emosional dan sosial anak.

Menciptakan Ruang Aman untuk Anak

Kami memastikan bahwa lingkungan kelas itu aman, penuh perhatian, dan mendukung. Anak-anak belajar bahwa nggak apa-apa membuat kesalahan, mengekspresikan perasaan, dan jadi diri mereka sendiri.

Saat ada anak yang kesulitan, miss-miss kami akan mengatakan “It’s okay, let’s try again together” alih-alih mengkritik atau membandingkan.

Mendukung Para Orangtua

Kami secara rutin mengadakan workshop tentang pengasuhan positif, perkembangan anak, dan kecerdasan emosional. Memahami perbedaan playgroup, pre-school, dan kindergarten juga penting untuk menetapkan ekspektasi yang realistis sesuai tahap perkembangan anak.

Para orangtua juga bisa bebas mendiskusikan kekhawatiran mereka dengan kami. Kadang, punya perspektif objektif dari pendidik berpengalaman bisa sangat membantu.

Memodelkan Interaksi yang Sehat

Melalui berbagai program kelas kami, kami mencontohkan bagaimana cara berkomunikasi dengan anak-anak secara hormat, mendorong, dan mendukung. Anak-anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat daripada yang mereka dengar.

Membebaskan diri dari toxic parenting memang menantang, tapi ini adalah salah satu hadiah terbaik yang bisa kamu berikan untuk anak dan generasi mendatang. Ingat, menyadari dan mau berubah sudah menempatkan kamu di jalur yang benar.

Parenting adalah perjalanan, bukan tujuan. Nggak ada orangtua yang sempurna, tapi kita bisa berusaha jadi lebih baik setiap hari. Dan yang paling penting, kamu nggak sendiri dalam perjalanan ini.

Kalau kamu merasa butuh dukungan dalam menciptakan lingkungan pengasuhan yang sehat atau ingin anak kamu merasakan atmosfer yang penuh perhatian dan positif, kami di Apple Tree Pre-School BSD siap membantu! Dengan kurikulum yang diadaptasi dari Singapura dan pendekatan yang holistik, kami berkomitmen untuk mendukung seluruh keluarga dalam membesarkan anak-anak yang bahagia dan percaya diri.

Let’s work together untuk memutus siklus generasi dan menciptakan masa depan yang lebih cerah untuk si kecil! Hubungi kami sekarang di WhatsApp atau telepon langsung ke +62 888-1800-900.

Mari bersama-sama membesarkan generasi yang sehat, bahagia, dan penuh kasih sayang!