Apa Itu Pola Asuh Slow-Parenting?

22 September 2022

 

Dalam dunia parenting, ada banyak jenis pola asuh yang dapat diterapkan. Salah satu yang sedang ramai dibicarakan adalah slow-parenting. Sesuai dengan namanya, pola asuh slow-parenting ini merupakan metode mengasuh anak secara perlahan. Tidak perlu terburu-buru dan memaksakan suatu pembelajaran kepada anak.

 

Memahami slow-parenting

 

Apabila Anda mengajarkan sesuatu kepada anak, namun mereka tidak langsung menguasainya, ya tidak masalah. Anda sebagai orangtua tidak mendorong anak untuk belajar secara ekstrim dan cepat pintar. Melainkan, tetap sabar mendampingi anak selama belajar.

Fokus metode pola asuh slow-parenting ini lebih ke kualitas dibandingkan kuantitas. Pola asuh ini menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan perkembangan masing-masing anak. Pasalnya memang setiap individu anak memiliki laju yang berbeda saat belajar. Ada yang cepat tanggap, ada yang perlu pengulangan hingga bisa menguasai sebuah pembelajaran.

Ada pula anggapan akan sesuatu yang terjadi secara alami akan memberikan kualitas terbaik dibandingkan sesuatu yang sifatnya dipaksa dan diburu-buru. Untuk melakukan pola asuh ini, orangtua wajib sabar dan memiliki banyak waktu luang.

 

Kelebihan menerapkan pola asuh slow-parenting

 

Via Pixabay

 

Bagi Anda yang tertarik menerapkan pola asuh slow parenting, kenali dulu nilai-nilai kelebihannya:

 

Anak lebih percaya diri

Tanpa tekanan berlebihan dari lingkungan keluarga, anak tidak akan merasa stress dan malahan semakin percaya diri. Rasa percaya diri ini didapatkan karena anak tersebut berhasil melakukan sesuatu karena kemampuannya sendiri dan memahami proses pembelajaran dengan baik.

 

Anak lebih mandiri

Karena tidak mendapatkan banyak campur tangan dari orangtua, anak akan menjadi lebih mandiri. Ia terbiasa berusaha dan bekerja keras untuk mendapatkan yang ia butuhkan, serta paham cara menyelesaikan suatu masalah sendirian.

 

Belajar memahami kesalahan

Melalui proses yang perlahan, anak akan mampu menikmati seluruh rangkaian kegiatan. Di situ pula anak akan belajar untuk memahami kesalahan sebelum menemukan solusi. Karena ini pula, anak dapat belajar untuk mengakui kesalahan sendiri, bukannya menyalahkan orang lain.

 

Anak kreatif dan rasa ingin tahu besar

Karena diajarkan perlahan, anak menjadi memiliki banyak waktu untuk berpikir secara kreatif. Rasa ingin tahu pun semakin besar karena tidak ada paksaan untuk menyelesaikan sesuatu terburu-buru.

 

Ikatan yang kuat dengan orangtua

Tanpa disadari, proses pembelajaran yang perlahan ini malah memperkuat hubungan di antara orangtua dan anak. Hal ini dikarenakan orangtua menghabiskan lebih banyak waktu untuk bermain dengan anak.

 

Kekurangan pola asuh slow parenting

 

Via Pixabay

 

Ada banyak kelebihan saat menjalankan pola asuh slow parenting. Tapi jangan lupa untuk menimbang titik kekurangan pada pola asuh ini.

 

Anak bisa jadi terlalu bebas

 

Karena tidak ada target khusus selama pembelajaran, anak akan merasa terlalu bebas untuk menentukan banyak pilihan. Orangtua harus waspada karena kebiasaan ini bisa terbawa ke dalam dunia pergaulan yang kurang sehat, termasuk dunia narkoba dan kejahatan remaja. Sebaiknya Anda tetap memberi batasan terhadap pergaulan yang baik dan buruk. Kemudian awasi pergaulan mereka.

 

Terlalu berani mencoba hal baru

 

Berani mencoba hal baru memang baik untuk si kecil. Tapi, di dunia ini ada banyak jenis kegiatan yang terbatas usia dan sebaiknya tidak dicoba si kecil. Misalnya saja untuk olahraga ekstrim, bepergian jauh sendiri, dan sebagainya.

 

Merasa terlupakan dan anti-sosial

 

Dalam pola asuh slow parenting seharusnya anak tetap diawasi dan didampingi oleh orangtua masing-masing. Hal ini untuk menghindarkan anak dari perasaan yang dilupakan dan tidak dikasihi oleh orangtuanya. Jika salah menerapkan pola asuh slow parenting, bisa-bisa anak malah menjadi anti-sosial karena menyangka semuanya bisa ia lakukan sendiri.

Demikian sekilas tentang slow parenting. Pada dasarnya semua jenis pola asuh itu baik, namun selalu ada resikonya. Selanjutnya tinggal orangtua mempertimbangkan resiko tersebut dan menyesuaikannya dengan kondisi masing-masing anak. Jangan lupa untuk selalu waspada dan siap menemani anak ketika dibutuhkan.

 

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 4.8 / 5. Vote count: 389

No votes so far! Be the first to rate this post.

Leave a reply
5 Permainan Tradisional untuk AnakCara Mencegah dan Mengendalikan Anak Tantrum

Leave Your Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Free Call

We are pleased to answer all your questions
+62 888 1 800 900
Live Chat via Whatsapp!