Strategi Orangtua Menghadapi Anak yang Mudah Menyerah

Strategi Orangtua Menghadapi Anak yang Mudah Menyerah

“I can’t do this! It’s too hard!” teriak seorang anak berusia 4 tahun sambil melempar puzzle ke lantai. Adegan ini mungkin familiar banget buat kamu sebagai orangtua, kan? Kami di Apple Tree Pre-School BSD yang berlokasi di Gedung Educenter BSD sering banget menyaksikan momen-momen seperti ini.

Kemarin, ada kejadian yang bikin kami tercengang. Seorang anak bernama Maya yang biasanya mudah menyerah saat menghadapi tantangan kecil, tiba-tiba bertahan selama 20 menit penuh untuk menyelesaikan building blocks yang rumit. Yang lebih mengejutkan lagi, dia bahkan bilang ke temannya, “I’m not giving up! I can figure this out!”

Perubahan drastis ini nggak terjadi secara kebetulan. Ada strategi khusus yang kami terapkan bersama orangtuanya untuk mengubah mindset si kecil dari “I can’t” menjadi “I’ll try again.” Nah, gimana caranya? Mari kita bahas strategi praktis yang bisa kamu terapkan di rumah untuk menghadapi anak yang mudah menyerah.

Mengapa Anak Mudah Menyerah dan Dampaknya

Sebelum masuk ke strategi, penting banget untuk memahami akar masalahnya. Anak yang mudah menyerah biasanya punya pola pikir fixed mindset – mereka percaya bahwa kemampuan itu sudah fix dari lahir dan nggak bisa dikembangkan.

Ketika anak menghadapi tantangan dan langsung bilang “I don’t know how to do this!”, sebenarnya mereka sedang melindungi harga diri mereka. Daripada mencoba dan gagal, mereka memilih untuk menyerah lebih dulu. Perilaku ini kalau dibiarkan terus-menerus bisa berdampak buruk pada perkembangan kepribadian dan kemampuan akademis mereka.

Di ruang kelas kami yang nyaman di Gedung Educenter BSD, kami sering mengamati bagaimana anak-anak dengan mudah menyerah cenderung menghindari aktivitas baru atau yang menantang. Mereka lebih memilih zona nyaman daripada mengeksplorasi kemampuan baru.

1. Dampak pada Prestasi Akademik

Anak yang mudah menyerah biasanya mengalami kesulitan dalam mata pelajaran yang membutuhkan ketekunan seperti Mathematics atau problem-solving activities. Mereka cenderung langsung bertanya “Can you help me?” tanpa mencoba terlebih dahulu.

Kami sering mendengar orangtua bercerita, “My child always asks for help immediately ketika ketemu soal yang sedikit sulit.” Ini adalah red flag yang perlu segera diatasi.

2. Pengaruh terhadap Kepercayaan Diri

Yang lebih mengkhawatirkan lagi, kebiasaan mudah menyerah ini mengikis kepercayaan diri anak secara perlahan. Mereka mulai percaya bahwa diri mereka “not smart enough” atau “not capable enough” untuk menghadapi tantangan.

Anak Mudah Menyerah

Sumber Gambar: Canva

5 Strategi Efektif Menghadapi Anak yang Mudah Menyerah

Berdasarkan pengalaman kami mendampingi ratusan keluarga, ada lima strategi utama yang terbukti efektif mengubah kebiasaan mudah menyerah pada anak.

1. Ubah Bahasa yang Digunakan

Ini adalah langkah pertama dan paling krusial. Alih-alih bilang “You’re so smart!” saat anak berhasil, coba “I’m proud of how hard you worked on this!” Perubahan kecil dalam cara kita berkomunikasi ini punya dampak besar.

Kami di Apple Tree Pre-School BSD selalu melatih para guru untuk menggunakan “process praise” daripada “person praise”. Jadi saat anak berhasil menyelesaikan puzzle, kami berkata, “Look how you kept trying different pieces until you found the right one!”

Yang menarik, orangtua juga perlu konsisten dengan pendekatan ini di rumah. “I love how you didn’t give up ketika susah tadi,” adalah contoh kalimat yang bisa kamu gunakan.

2. Ajarkan Konsep “Yet”

Kata sakti ini bisa mengubah segalanya! Saat anak bilang “I can’t do this!”, ajarkan mereka untuk menambahkan kata “yet” di belakangnya menjadi “I can’t do this YET.”

Konsep sederhana ini mengubah mindset dari fixed menjadi growth mindset. Kami sering menggunakan teknik ini saat mengajar Phonics atau Science experiments. Saat ada anak yang frustrasi karena nggak bisa membaca kata tertentu, kami gentle reminder, “You can’t read this word yet, but with practice, you will!”

3. Buat Tantangan Bertahap

Jangan langsung kasih anak tantangan yang terlalu berat. Mulai dari level yang bisa mereka capai, lalu tingkatkan secara bertahap. Ini yang kami sebut “scaffolding approach” dalam dunia pendidikan.

Misalnya, kalau anak kesulitan dengan building blocks yang rumit, mulai dari struktur sederhana dulu. Biarkan mereka merasakan keberhasilan kecil sebelum naik ke level berikutnya.

4. Jadilah Role Model Ketekunan

Anak-anak itu pengamat yang sangat jeli. Mereka melihat bagaimana kamu menghadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Saat kamu lagi masak resep baru dan gagal, jangan langsung order online. Tunjukkan bahwa kamu akan “try again with different approach.”

Ceritakan proses berpikir kamu: “Hmm, maybe I added too much salt. Let me try adjusting the recipe.” Anak-anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat daripada yang mereka dengar.

5. Rayakan Proses, Bukan Hanya Result

Ini yang sering diabaikan orangtua. Kita cenderung hanya merayakan saat anak berhasil, padahal effort dan persistence mereka juga patut dirayakan. “I noticed you tried three different ways to solve that problem sebelum ask for help. That’s amazing!”

Di kelas kami, ada “Effort Wall” di mana kami display karya anak-anak yang menunjukkan hard work, bukan necessarily hasil yang sempurna.

3 Kesalahan Umum Orangtua yang Perlu Dihindari

Dalam usaha membantu anak mengatasi kebiasaan mudah menyerah, ada beberapa kesalahan yang sering dilakukan orangtua tanpa sadar.

1. Terlalu Cepat Memberikan Bantuan

“Let me do it for you” adalah kalimat yang sebaiknya dihindari. Meskipun niat kamu baik untuk membantu, tapi ini justru mengajarkan anak bahwa menyerah itu acceptable dan selalu ada orang lain yang akan menyelesaikan masalah mereka.

Berikan waktu yang cukup untuk anak mencoba sendiri. Kalau mereka minta bantuan, coba tanya dulu “What have you tried so far?” atau “What do you think might work?”

2. Membandingkan dengan Anak Lain

“Look at Sarah, she finished her drawing already” adalah comparison yang merusak. Setiap anak punya pace dan strength masing-masing. Yang penting adalah progress mereka dibanding dengan diri mereka sendiri kemarin.

3. Mengabaikan Emotional Needs

Saat anak frustrasi dan bilang “This is impossible!”, jangan langsung dismiss perasaan mereka dengan “It’s easy, don’t be silly.” Acknowledge dulu emosi mereka: “I can see you’re feeling frustrated. That’s okay, learning new things can be challenging.”

Anak berenang

Sumber Gambar: Canva

Menciptakan Lingkungan Supportif di Rumah dan Sekolah

Lingkungan yang mendukung adalah kunci keberhasilan mengembangkan persistence pada anak. Di Apple Tree Pre-School BSD yang berlokasi strategis di Gedung Educenter BSD, kami menciptakan atmosphere di mana “mistakes are learning opportunities.”

Kami mendesain ruang kelas dengan berbagai learning stations yang memungkinkan anak untuk explore, make mistakes, dan try again tanpa judgment. Program kelas-kelas kami mulai dari Toddler hingga Kindergarten 2 semua menerapkan prinsip growth mindset ini.

Yang nggak kalah penting, kolaborasi antara orangtua dan sekolah. Konsistensi approach antara rumah dan sekolah akan mempercepat perubahan positif pada anak.

Menghadapi anak yang mudah menyerah memang butuh kesabaran dan strategi yang tepat. Tapi percayalah, dengan pendekatan yang konsisten dan penuh cinta, kamu bisa membantu si kecil mengembangkan mental juara yang akan menguntungkan mereka selamanya.

Ingat, perubahan nggak terjadi dalam semalam. Butuh waktu dan practice yang konsisten. Yang terpenting adalah kamu sebagai orangtua juga harus persistent dalam menerapkan strategi-strategi ini.

Kalau kamu butuh dukungan lebih dalam mengembangkan karakter persistence pada anak, kami di Apple Tree Pre-School BSD siap membantu! Program kami dirancang khusus untuk mengembangkan growth mindset dan resilience pada anak sejak dini.

Yuk, bergabung dengan komunitas orangtua yang committed membesarkan anak-anak tangguh dan pantang menyerah! Hubungi kami sekarang di WhatsApp atau telepon langsung ke +62 888-1800-900.

Mari bersama-sama membangun generasi anak Indonesia yang resilient dan penuh semangat! 🌟